4 Negara Arab Perbaiki Hubungan dengan Israel, Rakyat Palestina Merasa Dikhianati

- 29 Maret 2022, 06:28 WIB
Pertemuan sejarah setingkat menteri luar negeri dari Israel, AS, Mesir, Bahrain, Uni Emirat Arab dan Maroko di Israel. Dalam foto: Menteri Luar Negeri Bahrain Abdullatif bin Rashid al-Zayani, Menteri Luar Negeri Mesir Sameh Shoukry, Menteri Luar Negeri Israel Yair Lapid, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken, Menteri Luar Negeri Maroko Nasser Bourita dan Menteri Luar Negeri Uni Emirat Arab Sheikh Abdullah bin Zayed Al Nahyan berpose untuk a foto selama KTT Negev di Sde Boker, Israel 28 Maret 202
Pertemuan sejarah setingkat menteri luar negeri dari Israel, AS, Mesir, Bahrain, Uni Emirat Arab dan Maroko di Israel. Dalam foto: Menteri Luar Negeri Bahrain Abdullatif bin Rashid al-Zayani, Menteri Luar Negeri Mesir Sameh Shoukry, Menteri Luar Negeri Israel Yair Lapid, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken, Menteri Luar Negeri Maroko Nasser Bourita dan Menteri Luar Negeri Uni Emirat Arab Sheikh Abdullah bin Zayed Al Nahyan berpose untuk a foto selama KTT Negev di Sde Boker, Israel 28 Maret 202 /Reuters/Jacquelyn Martin/Pool/

KLIK BANGGAI - Israel menjamu menteri luar negeri dari empat negara Arab dan Amerika Serikat dalam upaya untuk memperkuat posisinya di Timur Tengah yang berubah dengan cepat.

Pertemuan itu mempertemukan para diplomat top dari semua kecuali satu negara Arab yang telah menormalkan hubungan dengan Israel dalam negosiasi yang dimediasi AS, termasuk tiga yang menandatangani perjanjian dengan Israel selama pemerintahan Trump pada tahun 2020.

Pertemuan di sebuah resor di wilayah selatan Naqab (Negev) dekat makam perdana menteri pertama Israel, David Ben-Gurion, para menteri dan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken berjanji untuk memperluas kerja sama untuk memasukkan masalah energi, lingkungan dan keamanan dan mencoba untuk membawa orang lain ke dalam perjanjian.

Orang-orang Palestina tidak diundang ke KTT, meskipun pendudukan mereka yang terus berlanjut di tangan Israel menjadi fitur utama dari hubungan Arab-Israel selama 50 tahun terakhir.

“Hanya beberapa tahun yang lalu pertemuan ini tidak mungkin dibayangkan,” kata Blinken. “Amerika Serikat telah dan akan terus mendukung proses yang mengubah kawasan dan sekitarnya.” seperti dikutip dari Al Jazeera.

Baca Juga: Perkataan Biden ke Putin Bikin Hubungan AS dan Rusia Mendekati 'Pecah', Kesepakatan Nuklir Iran Jadi Buyar?

UEA dan Bahrain menjalin hubungan dengan Israel di bawah Kesepakatan Abraham, yang ditengahi oleh mantan Presiden AS Donald Trump.

Maroko kemudian membangun kembali hubungan dengan Israel di bawah perjanjian terpisah yang ditengahi Trump.

“Kami di sini hari ini karena kami dengan tulus, tulus dan sangat percaya pada perdamaian,” kata Nasser Bourita dari Maroko. “Bukan kedamaian pasif seperti itu di mana kita saling membelakangi dan dengan damai mengabaikan satu sama lain.”

“Kami percaya pada perdamaian yang menyeluruh, bermanfaat, membentuk paradigma, dan menciptakan nilai di kawasan ini,” tambahnya.

Yordania adalah satu-satunya negara Arab yang memiliki hubungan normal dengan Israel untuk tidak menghadiri KTT. Raja Abdullah dari negara itu malah mengunjungi Tepi Barat yang diduduki Israel dalam solidaritas dengan Palestina.

Sementara itu, orang-orang Palestina adalah orang-orang yang absen dalam KTT tersebut.

Baca Juga: Zelensky Inginkan Perdamaian, Delegasi Rusia dan Ukraina Bakal Bertemu Tatap Muka

Pemerintahan Biden telah mendesak Israel dan Palestina untuk mengambil langkah-langkah untuk mengurangi ketegangan dan menciptakan kondisi untuk akhirnya memperbarui pembicaraan damai.

Tetapi telah memperjelas bahwa mereka tidak memiliki rencana segera untuk menekan kedua pihak untuk memperbarui negosiasi.

Perdana Menteri Israel Naftali Bennett, yang mengepalai koalisi partai-partai yang memiliki sedikit kesamaan, mengatakan bahwa dia menentang negara Palestina dan tidak berniat untuk memulai kembali pembicaraan damai.
Sebaliknya, ia telah menyerukan langkah-langkah untuk meningkatkan kondisi ekonomi bagi Palestina untuk membantu mengurangi ketegangan dan menjaga ketenangan.

Nida Ibrahim dari Al Jazeera mengatakan untuk Palestina, pembicaraan ini “tampak seperti kemewahan” selama mereka berada di bawah pendudukan.

“Diskusi yang diinginkan warga Palestina di atas meja sekarang bukanlah diskusi tentang meredakan ketegangan atau memiliki kondisi kehidupan yang lebih baik bagi warga Palestina, tetapi mereka ingin terlibat dalam proses perdamaian yang mengakhiri pendudukan dan membawa warga Palestina menuju sebuah negara,” katanya. dari kota Ramallah di Tepi Barat yang diduduki.

Ibrahim melanjutkan dengan mengatakan bahwa ada banyak kekecewaan di antara orang-orang Palestina menyaksikan negara-negara Arab menormalkan hubungan dengan Israel dan menghadiri pertemuan dan pertemuan puncak di sana.

Baca Juga: Jadwal Ramadhan Versi Pemerintah dan Muhammadiyah Berbeda? Jangan Diperdebatkan! Begini Imbauan MUI

“Ada perasaan bahwa sementara negara-negara Arab bersama Palestina, mereka merasa dikhianati oleh rezim Arab,” katanya.

Raja Yordania Abdullah, yang pemerintahnya menolak untuk berpartisipasi dalam pertemuan para menteri luar negeri, malah mengunjungi Tepi Barat yang diduduki Israel dalam solidaritas dengan Palestina.***

Editor: Laode Iman Firmansyah

Sumber: Al Jazeera


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkini