Serukan Sanksi ke Putin, AS Malah Diam-diam Tingkatkan Pembelian Minyak Rusia?

- 26 Maret 2022, 06:22 WIB
Ilustrasi tambang minyak.
Ilustrasi tambang minyak. //Pixabay/David Mark

KLIK BANGGAI - Tinjauan pers Tass yang dikutip pada Sabtu, 26 Maret 2022 menyebut klaim mengejutkan.

Disebutkan bahwa ternyata Amerika Serikat (AS) masih melakukan transaksi minyak Rusia di tengah situasi embargo besar-besaran yang disasarankan kepada Presiden Vladimir Putin.

Meski terkena embargo, ekspor minyak Rusia ke AS terus berlanjut bahkan meningkat.

Misalnya, pada minggu 12-18 Maret, AS membeli 70.000 barel minyak Rusia per hari, 80% lebih banyak dari minggu sebelumnya.

Baca Juga: China Peringati Israel: STOP! Perluasan Permukiman di Wilayah Palestina

Posisi lebih rumit di Uni Eropa, di mana negara-negara Eropa sejauh ini menghindari embargo impor bahan baku Rusia.

Presiden Institut Energi dan Keuangan Marcel Salikhov mencatat bahwa pasokan minyak akan diorientasikan kembali di bawah pembatasan yang ada.

"China dan India adalah kandidat yang jelas untuk peningkatan aliran. Dalam hal kualitas, minyak Rusia sangat cocok untuk kilang China, yang mampu menggantikan hingga 3 juta barel per hari dengan kualitas minyak mentah yang sebanding yang diimpor oleh China dari negara lain. Solusi ini, bagaimanapun, , akan memerlukan kesiapan China untuk terlibat dalam konflik yang diantisipasi dengan negara-negara Barat," kata ahli.

"Pilihan lain adalah India, yang telah meningkatkan impor minyak Rusia - alasan utama untuk ini adalah diskon rekor, yang memungkinkan peningkatan signifikan dalam profitabilitas pembeli dalam penyulingan minyak," katanya seperti dilansir dari Tinjauan Pers TASS pada Sabtu, 26 Maret 2022.

Baca Juga: Usai Uji Coba Rudal Antarbenua, Korut Akan Luncurkan Satelit Pengintai, Pantau Mobilitas Militer AS dan Sekutu

"Di bawah skenario pesimistis, Rusia perlu mengalihkan 2,5 juta barel minyak mentah, atau lebih dari setengah ekspor tahun lalu," kata Ivan Timonin dari VYGON Consulting kepada surat kabar itu.

Menurut ahli, pencarian pasar baru dalam hal ini tidak akan menjadi masalah. Pemasok lain juga akan dipaksa untuk mengalihkan aliran mereka ke Eropa untuk menggantikan Rusia, yang, pada gilirannya, akan membebaskan volume tambahan di Asia. "Namun, reorientasi industri minyak Rusia ke timur akan memakan waktu," tambahnya.***

Editor: Laode Iman Firmansyah

Sumber: TASS


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkini