Harga Minyak Dunia 'Meroket', Pemerintah Bisa Kuras Anggaran Rp320 Triliun untuk Subsidi Energi

- 17 April 2022, 21:52 WIB
Ilustrasi - Biaya kebutuhan energi meningkat akibat naiknya harga minyak dunia.
Ilustrasi - Biaya kebutuhan energi meningkat akibat naiknya harga minyak dunia. /Pexels/

KLIK BANGGAI - Harga minyak dunia saat ini sedang berada pada level tinggi. Dampaknya jelas terasa hingga ke dalam negeri.

Kondisi itu membuat pemerintah harus berpikir mencari cara untuk tetap menjaga stabilitas harga minyak dalam negeri.

Salah satu cara yang mungkin akan dilakukan pemerintah adalah meningkatkan anggaran untuk kebutuhan energi.

Baca Juga: Korut Kembali Uji Coba Rudal Terbaru Berkemampuan Nuklir, Cuek pada Peringatan AS dan Korsel

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Arifin Tasrif mengatakan pemerintah berisiko mengeluarkan dana sebesar Rp320 triliun untuk subsidi dan kompensasi energi akibat kenaikan harga minyak dunia.

"Kalau harga minyak dunia bertahan di level sekarang, pemerintah berisiko mengeluarkan dana Rp320 triliun untuk subsidi dan kompensasi BBM dan elpiji. Itu belum termasuk listrik, mungkin listrik tidak sebesar itu," ujarnya dalam keterangan yang dikutip di Jakarta, Minggu, 17 April 2022.

Berdasarkan asumsi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) saat ini harga minyak mentah Indonesia atau ICP hanya dipatok sebesar 63 dolar AS per barel dengan perhitungan alokasi subsidi dan kompensasi BBM dan elpiji sekitar Rp130 triliun.

Adapun harga minyak mentah yang kini bertengger di atas 100 dolar AS membuat pemerintah harus menyiapkan kembali dana tambahan sebesar Rp190 triliun untuk subsidi energi.

Menteri Arifin mengingatkan bahwa saat ini harga jual BBM dan elpiji bersubsidi telah berada jauh dari harga keekonomian dampak harga minyak dunia yang terus melambung.

Baca Juga: Sebut Jokowi Mengeluh 'Capek' Belum Lama Ini, Kaesang Pangarep Bongkar Sifat Asli Presiden

Ia pun mengimbau masyarakat untuk menggunakan bahan bakar yang sesuai dengan kemampuan, sehingga alokasi subsidi BBM dan elpiji tidak tergerus dan penyalurannya lebih tepat sasaran.

"Penyalahgunaan BBM subsidi akan menambah beban keuangan negara. Masyarakat diminta ikut mengawasi dan melaporkan apabila menemukan penyimpangan-penyimpangan dalam penyaluran dan pemakaian BBM subsidi," tegas Arifin melansir dari ANTARA.

Saat ini, pemerintah telah memiliki instrumen hukum untuk menjerat para pelaku penyalahgunaan BBM dan elpiji bersubsidi dengan pidana penjara paling lama enam tahun dengan denda maksimal Rp60 miliar.

Sanksi itu tertuang dalam Undang-Undang Cipta Kerja Nomor 55 Tahun 2020 dan Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2004 yang merupakan turunan dari Undang-Undang Migas Tahun 2001 tentang kegiatan usaha hilir minyak dan gas bumi.***

Editor: Laode Iman Firmansyah

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah