Setelah Palestina dan Iran, Israel Kini Bersitegang dengan Lebanon, Gerakan Hizbullah Siap Lakukan Perlawanan

- 7 Juni 2022, 04:26 WIB
Wakil Sekretaris Jenderal Hizbullah Lebanon Sheikh Naim Qassem
Wakil Sekretaris Jenderal Hizbullah Lebanon Sheikh Naim Qassem /Sumber: Pars Today/

KLIK BANGGAI - Presiden Lebanon Michel Aoun mengutuk langkah Israel sembari memperingatkan bahwa setiap aktivitas di perairan yang disengketakan akan menjadi tindakan agresi dan provokasi.

Ini bukan pertama kalinya Aoun memperingatkan Israel agar tidak melanggar batas wilayah perairan Lebanon dengan alasan operasi eksplorasi gas.

Pada April 2021, Aoun menuntut rezim Israel untuk menghentikan semua eksplorasi di ladang gas lepas pantai di perbatasan selatannya dengan wilayah Palestina yang diduduki.

Baca Juga: Pasukan Hizbullah Lebanon Siap Serang Israel, Konflik Rezim Zionis Berpotensi Meluas

Pada Juni 2020, presiden Lebanon juga memperingatkan Israel atas upayanya yang sangat berbahaya, dalam hal ini mengeksplorasi minyak dan gas di wilayah maritim Lebanon.

Dia menekankan bahwa negara Arab tidak akan membiarkan pelanggaran apa pun terhadap perairan teritorialnya.

Peringatan itu datang sehari setelah Tel Aviv menyetujui lisensi untuk eksplorasi minyak dan gas di Blok 72. Blok tersebut terletak dekat dengan ladang gas Blok 9, di mana Beirut akan memulai eksplorasi untuk gas alam dan minyak.

Secara terpisah pada Senin, Menteri Pertahanan sementara Lebanon Brigadir Jenderal Maurice Sleem meminta masyarakat internasional dan PBB untuk bergerak cepat dan mengakhiri provokasi baru Israel.

Baca Juga: Karena Ulah Rusia, AS Dilanda Krisis Energi, Pemerintahan Biden Tak Mampu Penuhi Kebutuahan Rakyat

Sehari sebelumnya, Hashim Safi al-Din, kepala Dewan Eksekutif Hizbullah memperingatkan bahwa Amerika Serikat melarang negara Arab itu melakukan eksplorasi dan produksi minyak mentah lepas pantai dan gas alam.

“AS adalah lawan utama Lebanon yang mengekstraksi cadangan minyak mentahnya dan menikmati kekayaan nasionalnya sendiri,” katanya saat itu melansir dari Press TV.

Barisan maritim antara Lebanon dan Israel berada di atas area di Laut Mediterania yang membentang sekitar 860 kilometer persegi.

Diketahui, Blok 9 kaya akan minyak dan gas. Israel sangat bergantung pada gas dan telah lama mengembangkan sejumlah deposit gas lepas pantai yang diduduki di Laut Mediterania.

Sementara itu, politisi Lebanon berharap bahwa sumber daya hidrokarbon yang layak secara komersial di lepas pantai Lebanon dapat membantu mengangkat negara yang dililit utang itu keluar dari krisis ekonomi terburuk dalam beberapa dekade.

Baca Juga: Bahaya! Saus Tomat Ternyata Bisa Pengaruhi Kesehatan Mata, Ada Juga 3 Jenis Makanan atau Minuman Berikut

Beirut pada hari Senin mengumumkan bahwa mereka akan mengundang mediator AS ke negara Arab untuk melanjutkan pembicaraan tidak langsung dengan Israel mengenai perbatasan laut yang disengketakan.

Lebanon dan Israel mengambil bagian dalam pembicaraan tidak langsung untuk membahas demarkasi pada tahun 2020.

Namun pembicaraan terhenti setelah Lebanon menuntut area yang lebih luas, termasuk bagian dari ladang gas Karish, di mana Israel telah memberikan hak eksplorasi kepada sebuah perusahaan Yunani.

Pembicaraan itu seharusnya membahas permintaan Lebanon untuk 860 km persegi (330 mil persegi) wilayah di wilayah laut yang disengketakan, menurut peta yang dikirim ke PBB pada tahun 2011.

Namun, Lebanon kemudian mengatakan peta itu didasarkan pada perhitungan yang salah. dan menuntut 1.430 kilometer persegi (552 mil persegi) lebih jauh ke selatan, termasuk bagian dari Karish.

Baca Juga: Dubes RI Ungkap Kabar Terbaru Pencarian Eril, Senin 6 Juni 2022, Sudah Ditemukan?

Libanon berjuang dari dua perang Israel pada tahun 2000 dan 2006. Pada kedua kesempatan, kontribusi medan pertempuran oleh Hizbullah terbukti merupakan aset yang sangat diperlukan, memaksa militer Israel mundur.

Diketahui juga, bahwa seorang pejabat senior gerakan perlawanan Hizbullah Lebanon mengatakan, pihaknya siap mengambil tindakan jika pemerintah menegaskan bahwa Israel melanggar hak maritim negara.

Pernyataan itu disampaikan setelah sebuah kapal pengeboran gas tiba di perairan Mediterania yang disengketakan untuk melakukan eksplorasi hidrokarbon untuk Israel.

Wakil Sekretaris Jenderal Hizbullah, Sheikh Naim Qassem mengatakan pada Senin, bahwa Hizbullah siap untuk mengambil tindakan, termasuk dengan kekerasan terhadap operasi gas Israel di perairan yang disengketakan setelah Beirut mengadopsi kebijakan lebih jelas.

“Ketika negara Lebanon mengatakan bahwa Israel menyerang perairan dan minyak kami, maka kami siap untuk melakukan bagian kami dalam hal tekanan, pencegahan dan penggunaan cara yang tepat, termasuk kekuatan,” kata Qassem.***

Editor: Laode Iman Firmansyah

Sumber: Press TV


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah