KLIK BANGGAI - Koalisi Perdana Menteri (PM) Israel Naftali Bennett yang saat ini berkuasa 'goyah' dan bergerak mendekati kehancuran setelah seorang anggota parlemen koalisinya memutuskan meninggalkan aliansi.
"Saya telah memberi tahu perdana menteri bahwa berdasarkan situasi saat ini, saya tidak lagi menjadi bagian dari koalisi," kata anggota Knesset (parlemen Israel) Nir Orbach dalam sebuah pernyataan setelah keluar dari tim Bennett.
Anggota parlemen itu menyatakan keprihatinan terhadap pandangan 'ekstremis dan anti-Zionis' karena telah membawa koalisi ke arah yang bermasalah.
Baca Juga: Presiden Jokowi Ngaku Masih Jengkel Kepada Salah Satu BUMN, Ternyata Masalah Lima Tahun Lalu
Diketahui, koalisi Bennett dilantik pada Juni lalu setelah pendahulunya Benjamin Netanyahu dinyatakan tidak layak untuk memimpin melalui pemilihan yang tampak diselimuti keraguan.
Orbach merupakan legislator ketiga yang menyingkirkan Partai Yamina sayap kanan Bennett, mengatakan dia ingin menghindari pemilihan lain.
Kepergiannya meninggalkan koalisi Bennett dengan 59 kursi di Knesset yang beranggotakan 120 orang. Artinya, koalisi itu hanya membutuhkan dua kursi untuk menjadi mayoritas sehingga dapat mengesahkan undang-undang.
Netanyahu, yang sekarang menjadi kepala oposisi dan berjanji akan kembali meski diadili atas tuduhan korupsi, mengatakan koalisi yang berkuasa mengadakan salah satu pemakaman terpanjang dalam sejarah.
Menurut pengakuannya sendiri, koalisi Bennett dapat runtuh dalam satu atau dua minggu, kecuali MK yang telah berhenti memilih untuk kembali.
“Jika tidak, maka kita tidak bisa melanjutkan. Kami berjuang karena pilihannya adalah antara kekacauan dan stabilitas," kata Bennett.
Dia mengklaim bahwa koalisinya saat ini tidak sempurna, tetapi alternatifnya tidak lebih baik.
Sedangkan Netanyahu menanggapi dengan mengatakan; "Anda tidak berjuang untuk rezim pendudukan, tetapi untuk kursi Anda sendiri". sebagaimana dikutip dari Press TV.***