Sempat Viral, Ternyata Ini Asal Perempuan Tanpa Busana di TikTok

4 April 2022, 14:03 WIB
Perempuan Suku Xingu Brazil sedang melakukan ritual atau tarian adat /Tangkap layar/YouTube Livina Phyliss

KLIK BANGGAI - Baru-baru ini jagad Maya dihebohkan dengan beredarnya video kumpulan perempuan sedang melakukan tarian atau ritual tanpa busana di TikTok.

Video perempuan tanpa busana itu pun viral di TikTok karena kumpulan perempuan itu hanya menggunakan sehelai kain dilehernya.

Setelah ditelusuri, ternyata perempuan tanpa busana itu merupakan suku Xingu di Brazil.

Baca Juga: Viral! Video Tarian dan Ritual Perempuan Tanpa Busana di TikTok

Dikutip dari berbagai sumber bahwa, suku Xingu adalah masyarakat adat di Brazil yang tinggal di dekat Sungai Xingu. Maka itulah mereka disebut Suku Xingu.

Meski penduduk suku Xingu tidak mengenakan busana, namun diketahui kehidupan masyarakat tersebut telah banyak menggunakan teknologi seperti televisi dan handphone.

Baca Juga: Selamat! Ini Masyarakat yang Berhak Menerima BLT Minyak Goreng, Kamu Termasuk?

Suku Xingu juga diketahui memiliki banyak kesamaan budaya meskipun etnologi mereka berbeda.

Masyarakat Xingu mewakili lima belas suku dan keempat kelompok bahasa asli Brasil, tetapi mereka memiliki sistem kepercayaan, ritual, dan upacara yang sama.

Selain itu, diketahui pula Wilayah Xingu Atas memiliki penduduk padat sebelum kontak Eropa dan Afrika.

Baca Juga: Viral! Video Tarian dan Ritual Perempuan Tanpa Busana di TikTok

Permukiman padat penduduk berkembang dari tahun 1200 hingga 1600 M. Jalan dan jembatan kuno menghubungkan komunitas yang sering dikelilingi oleh parit atau parit. 

Desa-desa telah direncanakan sebelumnya dan menampilkan alun-alun melingkar. Para arkeolog telah menggali 19 desa sejauh ini. 

Sejarah lisan Kuikuro mengatakan budak Portugis tiba di wilayah Xingu sekitar tahun 1750. Populasi Xinuguano diperkirakan mencapai puluhan ribu tetapi secara dramatis berkurang karena penyakit dan perbudakan oleh Portugis. 

Baca Juga: Viral! Video Tarian dan Ritual Perempuan Tanpa Busana di TikTok

Selama berabad-abad sejak penetrasi orang Eropa ke Amerika Selatan, Xingu melarikan diri dari berbagai daerah untuk menghindari penyebaran penyakit mematikan dan perbudakan oleh Portugis. 

Pada akhir abad ke-19, sekitar 3.000 penduduk asli tinggal di Alto Xingu, di mana status politik mereka saat ini membuat mereka terlindungi dari penyusup asing. 

Pada pertengahan abad kedua puluh jumlah ini telah berkurang oleh penyakit epidemi asing seperti flu, campak, cacar dan malaria menjadi kurang dari 1.000. Hanya sekitar 500 orang Xingu yang masih hidup pada 1950-an.

Baca Juga: Dea OnlyFans Diperiksa Penyidik Ditreskrimsus Polda Metro Jaya Hari Ini

Saudara-saudara Villas-Bôas Brasil mengunjungi daerah tersebut mulai tahun 1946, dan mendorong pendirian Parque Indígena do Xingu , yang akhirnya didirikan pada tahun 1961. 

Kisah mereka diceritakan dalam sebuah film, Xingu . Jumlah Xingu yang tinggal di sana di 32 pemukiman telah meningkat lagi menjadi lebih dari 3000 jiwa, setengah dari mereka lebih muda dari 15 tahun.

Baca Juga: Dea OnlyFans Diperiksa Penyidik Ditreskrimsus Polda Metro Jaya Hari Ini

Masyarakat Xingu yang tinggal di wilayah ini memiliki kebiasaan dan sistem sosial yang sama, meskipun berbeda bahasa. Secara khusus, mereka terdiri dari orang-orang berikut: Aweti , Kalapalo , Kamaiurá , Kayapó , Kuikuro , Matipu , Mehinako , Nahukuá , Suyá , Trumai , Wauja dan Yawalapiti .***

Editor: Marhum

Sumber: Berbagai Sumber

Tags

Terkini

Terpopuler