Perokok Wajib Tahu! Penyakit Paling Mematikan Ketiga di Dunia Mengintai Kamu

- 17 November 2021, 17:36 WIB
Ilustrasi perokok. Para perokok berpotensi terkena penyakit paling mematikan ketiga di dunia.
Ilustrasi perokok. Para perokok berpotensi terkena penyakit paling mematikan ketiga di dunia. /Pixabay/Meine Reise geht hier leider Ende. Ein Neustart beginnt auf

KLIK BANGGAI - Dokter spesialis paru dari Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) mengungkapkan dampak yang dialami para perokok.

Menurutnya, perokok sangat rentan terkena penyakit mematikan nomor tiga di dunia, yakni Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) yang disebabkan oleh pajanan polusi udara atau zat beracun seperti yang ada pada asap rokok.

"Penyakit PPOK sampai saat ini di Indonesia ada 4,8 juta kasus menurut survei yang ada. Terutama terjadi pada usia tua dan mereka yang terpajan polusi udara dan asap rokok, paling banyak disampaikan adalah akibat asap rokok," kata Dr dr Susanthy Djajalaksana Sp.P(K) FISR dalam koneferensi pers daring tentang peringatan Hari Pneumonia Sedunia dan Hari PPOK Sedunia, dikutip dari ANTARA, Rabu 17 November 2021.

Baca Juga: Profil Panglima TNI Andika Perkasa Pilihan Jokowi, Pernah Pecat 31 Prajurit TNI AD

PPOK adalah penyakit yang menyebabkan peradangan di saluran pernapasan yang sifatnya lama kelamaan akan semakin berat atau memburuk. Fungsi saluran napas penderita PPOK akan terus memburuk apabila tidak diobati dengan benar guna mencegah terjadinya pemburukan.

PPOK diakibatkan oleh pajanan zat beracun, polusi, atau iritan lainnya pada saluran napas. Pajanan asap rokok dan polusi udara yang terlampau sering paling banyak menjadi penyebab munculnya penyakit tidak menular ini. Pajanan asap rokok didapatkan bukan hanya dari perokok itu sendiri, tapi bisa juga orang yang tidak merokok namun sering berada di lingkungan orang yang merokok.

Gejala yang dialami oleh penderita PPOK adalah sulit bernapas atau sesak. Begitu seseorang terkena penyakit PPOK, maka fungsi saluran pernapasan penderitanya tidak akan pernah bisa kembali ke kondisi normal. Oleh karena itu terapi pengobatan PPOK dilakukan seumur hidup pasiennya dengan tujuan mencegah mengarah ke kondisi yang lebih buruk, bukan untuk memperbaiki fungsi organ.

Orang yang menderita PPOK sangat rentan terkena penyakit lainnya mulai dari penyakit jantung iskemik, COVID-19, atau bahkan kanker paru. Ketika seorang penderita PPOK terkena penyakit lain tersebut, maka tingkat keparahannya lebih berat dibandingkan dengan orang tanpa PPOK.

Baca Juga: KKB Kembali Berulah, Salah Satu Karyawan Perusahaan di Papua Ditembak

Halaman:

Editor: Andi Ardin

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Rekomendasi

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x