Cek Fakta: Istri CEO Pfizer Dikabarkan Meninggal Dunia Usai Vaksin, Berikut Faktanya

18 November 2021, 18:59 WIB
Unggahan hoaks yang menyatakan istri CEO Pfizer Albert Bourla, Myriam Bourla, meninggal akibat komplikasi vaksin COVID-19. (Twitter) /

KLIK BANGGAI - Sebuah unggahan di Twitter menjadi pembahasan warganet dunia karena menyebut istri CEO Pfizer meninggal dunia akibat komplikasi vaksin.

Unggahan berbahasa Inggris itu muncul pada Minggu 24 November dan menyebut istri dari CEO Pfizer Albert Bouria meninggal dunia setelah terkena komplikasi akibat suntikan vaksin COVID-19.

Akun pengunggah kabar itu mencantumkan tautan situs Conservativebeaver.com.

Baca Juga: Pihak TPU Tutup Makam Vanessa Angel dan Bibi Andriansyah, Tangis Peziarah Pecah, Cici: Kecewa Banget!

Berikut narasi dalam Twitter itu yang telah diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia:

"Istri dari CEO Pfizer meninggal setelah komplikasi akibat vaksin"

Namun, benarkah istri CEO Pfizer meninggal akibat vaksin COVID-19?

Kabar yang menyebut istri CEO Pfizer Albert Bourla meninggal akibat vaksinasi COVID-19 meninggal adalah kabar bohong atau hoaks.

Dalam akun pribadi CEO Pfizer, @albertbourla, terdapat unggahan foto dia bersama sang istri dan rekan kerja mereka. Unggahan itu muncul pada Jumat 12 November.

Baca Juga: Kantor Imigrasi Banggai Laksanakan Rakor Timpora 2021: Pengawasan Orang Asing Tanggung Jawab Bersama

Unggahan foto Albert bersama istrinya sekaligus membantah kabar dalam tautan situs Conservativebeaver.com yang menyatakan istri Albert meninggal pada Rabu 10 November.

Juru bicara Pfizer Amy Rose, seperti dikutip AP, menyatakan Myriam Bourla, istri Albert, dalam kondisi, "masih hidup dan sehat."

Amy menyatakan penulis artikel di situs konservatif itu punya itikad jahat dan menyebabkan tekanan emosional kepada keluarga Bourla.

Baca Juga: Terungkap, Ternyata Ini Penyebab Listrik Sering Padam di Morowali

"Tidak masuk akal, seseorang menyamar sebagai jurnalis akan menyebarkan kebohongan seperti itu tentang CEO kami dan keluarganya, dengan tujuan merusak kepercayaan pada vaksin yang telah diberikan kepada ratusan juta orang di seluruh dunia," kata Amy.***

Editor: Andi Ardin

Sumber: ANTARA

Tags

Terkini

Terpopuler